I Gusti Ngurah Rai
Nama I Gusti Ngurah Rai sudah akrab terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena nama I Gusti Ngurah Rai menjadi salah satu bandara terbesar yang terletak di Pulau Bali. I Gusti Ngurah Rai sendiri merupakan salah satu putra kebanggaan Bali yang lahir pada tanggal 30 Januari 1917.(1) Beliau lahir di Desa Carangsari yang ada di wilayah Kabupaten Badung, dari pasangan suami istri I Gusti Ngurah Patjung serta I Gusti Ayu Kompyang dan merupakan anak kedua dari total 3 anak yang ada dalam keluarganya.(1)
I Gusti Ngurah Rai dikenal sebagai Pahlawan Nasional dari Pulau Bali. Beliau terkenal dengan gagasan perangnya yakni Puputan Margarana yang berarti perang secara habis-habisan di daerah Margarana (Kecamatan di pelosok Kabupaten Tabanan, Bali).(2) Ia menempuh pendidikan di Holands Inlandsche School (HIS) atau sekolah pribumi zaman kolonial Belanda di Denpasar, kemudian, ia melanjutkan sekolahnya di MULO atau sekolah menengah pertama di Malang, Jawa Timur.(3) Tidak sempat meyelesaikan sekolahnya, karena pada tahun 1935 ayahnya meninggal dunia, sehingga I Gusti Ngurah Rai kembali ke Bali.I Gusti Ngurah Rai kembali ketengah-tengah masyarakat sambil mengajarkan pencak silat yang diperolehnya di Jawa.(4) Bahkan murid-muridnya bukan saja dari Carangsari, tetapi ada juga yang berasal dari luar desanya.
Saat usianya menginjak remaja, beliau memutuskan untuk berpartisipasi dalam pendidikan militer yang mana keputusan tersebut beliau jalani sejak tanggal 1 Desember 1936.(1) Saat itu, sekolah calon perwira kemiliteran yang diikutinya merupakan lembaga pendidikan yang berada di bawah Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang ada di Gianyar. Pendidikan militer yang dijalani oleh Ngurah Rai merupakan tahapan pendidikan yang istimewa karena pada dasarnya tidak semua orang bisa masuk dan ikut serta dalam pendidikan calon perwira militer tersebut. Ngurah Rai yang tergabung dalam Korps Prajoda, merupakan satu dari beberapa orang yang berasal dari kalangan bangsawan dan orang lokal terpandang yang bisa mengikuti pendidikan ini.(1)
Dunia militer menjadi impian I Gusti Ngurah Rai saat masih kecil. Ketertarikan beliau pada dunia militer menjadi motivasi baginya untuk bersungguh-sungguh dalam menjalani pendidikan dan karir militernya. Setelah Selama 4 tahun, Ngurah Rai mengikuti pendidikan calon perwira militer di Gianyar. Tahun 1940, beliau akhirnya lulus dan memiliki pangkat sebagai letnan dua, kemudian melanjutkan pendidikan kemiliterannya ke Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO) yang berlokasi di Magelang serta Akademi Pendidikan Arteri yang ada di Malang.(1)
Pada masa pendudukan Jepang, Ngurah Rai tercatat sebagai salah satu perusahaan yang bekerja pada sektor jual beli padi rakyat. Meski memiliki latar belakang militer, Ngurah Rai tidak tertarik bergabung dengan pasukan Jepang. Sebaliknya, Ngurah Rai merupakan salah satu pemuda yang bergabung dlam Gerakan Anti Fasis (GAF).(1) Ketika Indonesia merdeka tahun 1945, Ngurah Rai bergabung dengan militer RI dan memperoleh pangkat sebgi komandan TKR. Beliau pun ditunjuk sebagai pemimpin untuk pasukan yang disebut dengan Ciung Wanara, dimana pasukan inilah yang melakukan pertempuran habis-habisan atau dikenal dengan Puputan Margarana.(1)
Tanggal 20 November 1946 merupakan hari bersejarah khususnya bagi kisah perjuangan bangsa Indonesia yang ada di wilayah Bali. Hal ini disebabkan adanya peristiwa bersejarah yang dikenal dengan Puputan Margarana. Peristiwa puputan margarana merupakan perang kemerdekaan yang terjadi di Margarana yang terletak di sebelah utara Kota Tabanan, Bali anntara pasukan Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai melawan pasukan Belanda. Puputan Margarana terjadi karena situasi politik internasional ketika berakhirnya perang dunia kedua yang memberikan kesempatan Belanda menemukan jalan untuk kembali menguasai Indonesia, situasi politik nasional yakni bangsa Indonesia yang sudah merdeka tidak ingin Belanda kembali menguasai wilayah Indonesia termasuk pulau Bali.(5)
Taktik dan siasat kolonial Belanda pada saat itu sangatlah mengerikan. Hal demikian terjadi karena pemerintah belanda sempat membujuk karena I Gusti Ngurah Rai untuk bekerja sama dengannya. Namun karena kecintaan beliau terhadap Negara Indonesia dan sikap patriotismenya membuat tawaran dari Belanda beliau tolak mentah-mentah. I Gusti Ngurah Rai sangat berperan dalam merencanakan dan mengatur serangan, gagasan dalam perjuangan Ngurah Rai juga sangat berguna bagi perjuangan di Bali seperti keberangkatannya ke Pulau Jawa untuk mencari bantuan persenjataan dan personil dari Jawa dan perjalanan ke Gunung Agung sambil bertempur melawan Belanda/NICA.(5) Hubungan dengan pulau Jawa menjadikan para pemimpin di Pusat RI mengetahui situasi perjuangan di Bali dan kemudian memberi arahan dan bantuan baik senjata meskipun jumlahnya sedikit maupun personil. Namun pada akhirnya I Gusti Ngurah Rai gugur beserta seluruh pasukannya dalam Puputan Margarana.(5)
Referensi :
1. Sejarah Masa Hidup Biografi I Gusti Ngurah Rai, Pahlawan Nasional yang Gagah Berani dari Bali [Internet]. Kintamani.id. 2020 [dikutip 30 Januari 2022]. Tersedia pada: https://www.kintamani.id/sejarah-masa-hidup-biografi-i-gusti-ngurah-rai-pahlawan-nasional-yang-gagah-berani-dari-bali/
2. Panyarikan; KS. I Gusti Ngurah Rai [Internet]. Depdikbud; 1982 [dikutip 30 Januari 2022]. Tersedia pada: //lib.litbang.kemendagri.go.id/index.php?p=show_detail&id=1520
3. Media KC. I Gusti Ngurah Rai: Peran, Perjuangan, dan Penghargaan Halaman all [Internet]. KOMPAS.com. 2021 [dikutip 30 Januari 2022]. Tersedia pada: https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/22/070000479/i-gusti-ngurah-rai-peran-perjuangan-dan-penghargaan
4. Kristianingrat IGA, Kertih IW. MENGGALI NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN I GUSTI NGURAH RAI SEBAGAI SUMBER PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPS. 2019;3(2):8.
5. R EA. PERANAN I GUSTI NGURAH RAI DALAM PUPUTAN MARGARANA TAHUN 1946. 9 September 2013 [dikutip 30 Januari 2022]; Tersedia pada: http://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/936