Frans Kaisiepo
Frans Kaisiepo merupakan salah satu tokoh pahlawan nasional yang lahir di Wardo, Biak pada 10 Oktober 1921. Beliau wafat pada 10 April 1979 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Jayapura. (1) Beliau mendapatkan gelar pahlawan nasional berdasarkan pada Keputusan Presiden Nomor: 077/TK/1993. Selain itu, Frans Kaisiepo juga diabadikan dalam uang kertas pecahan Rp. 10.000 pada 19 Desember 2016, sebagai nama bandara di Biak, dan nama kapal Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut.(2)
Pemberian gelar pahlawan nasional kepada Frans Kaisiepo bukanlah tanpa alasan. Frans Kaisiepo merupakan sosok aktivis yang selalu memperjuangkan tanah kelahirannya dari jajahan Belanda dan berupaya untuk Bersatu dengan Indonesia dengan mengibarkan bendera Merah Putih serta menyanyikan lagu Indonesia Raya.(3) Perjuangan untuk mempersatukan papua dengan Indonesia terus berlanjut hingga pada tahun 1946 beliau mengikuti Konferensi Malino di Sulawesi. Frans Kaisiepo menjadi utusan Nederlands Nieuw Guinea dan satu-satunya orang asli Papua yang menentang keras niat Belanda yang ingin menggabungkan Papua dengan Maluku dan menjadikan Papua bagian dari Negara Indonesia Timur (NIT). Frans bersikeras bahwa wilayah Papua seharusnya dipimpin oleh orang-orang Papua sendiri daripada dipimpin oleh orang lain. Frans juga mengusulkan agar nama Papua atau Nederlands Nieuw Guinea diganti dengan ‘Irian’ yang berasal dari bahasa asli Biak yang berarti “Cahaya yang mengusir kegelapan”.(4)
Tahun 1948 Kaisiepo ikut berperan dalam merancang pemberontakan rakyat Biak melawan pemerintah kolonial Belanda. Setahun setelahnya, ia menolak menjadi ketua delegasi Nederlands Nieuw Guinea ke Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Konsekuensi atas penolakannya adalah selama beberapa tahun setelah itu ia dipekerjakan oleh pemerintah kolonial di distrik-distrik terpencil Papua. Tahun 1961 ia mendirikan partai politik Irian Sebagian Indonesia (ISI) yang menuntut penyatuan Nederlans Nieuw Guinea ke negara Republik Indonesia. Wajar bila kemudian beliau banyak membantu para tentara pejuang Trikora saat menyerbu Papua.(5)
Perjuangan Frans Kaisiepo mendapatkan hasil dengan ditandatanganinya Perjanjian New York pada 15 Agustus 1963 yang menyatakan bahwa Papua resmi dimiliki oleh Indonesia. Setelah bergabung dengan Indonesia, nama Papua kemudian diganti menjadi Irian Jaya. Pada tahun 1964, Frans Kaisiepo diangkat sebagau Gubernur keempat Irian, yang saat ini kembali disebut sebagai Papua. Frans Kaisiepo menjabat sebagai Gubernur hingga 29 Juni 1973. Setelah itu, beliau kemudian diangkat menjadi angota Dewan Pertimbangan Agung.(3)
Referensi:
1. Pemerintah Provinsi Papua [Internet]. [dikutip 3 Februari 2022]. Tersedia pada: https://www.papua.go.id/view-detail-tokoh-3/frans-kaisepo.html
2. Arie Welianto. Biografi Frans Kaisiepo, Pemersatu Irian dengan Indonesia Halaman all [Internet]. KOMPAS.com. 2020 [dikutip 3 Februari 2022]. Tersedia pada: https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/18/173000069/biografi-frans-kaisiepo-pemersatu-irian-dengan-indonesia
3. Petrik Matanasi. Frans Kaisiepo: Sejarah Perjuangan Seorang Papua untuk Indonesia [Internet]. tirto.id. [dikutip 3 Februari 2022]. Tersedia pada: https://tirto.id/frans-kaisiepo-sejarah-perjuangan-seorang-papua-untuk-indonesia-bLoW
4. Redaksi DJPb. Frans Kaisiepo, Simbol Perjuangan Rakyat Papua Dalam Persatuan Bangsa Indonesia [Internet]. [dikutip 3 Februari 2022]. Tersedia pada: https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/merauke/id/data-publikasi/pojok-amtenar/2941-frans-kaisiepo,-simbol-perjuangan-rakyat-papua-dalam-persatuan-bangsa-indonesia.html
5. Direktorat Pembinaan SMA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. E-Modul: Sejarah Indonesia. XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah; 2019.